Lihat saja bagaimana telaga di matamu begitu damai
Menyejukan tiap hati yang memandang tanpa harus menyelam lebih dalam
Lihat saja bagaimana tiap sutra yang kau ucapkan menyelimuti jiwa-jiwa yang beku
Meniupkan kehangatan pada gigil hati yang kian membiru
Lihat saja betapa senyummu mengeringkan lumpur hidup kesedihan
Menyuburkannya,membuatnya dipenuhi rerimbun suka cita
Sadarkah kau bila setiap gerak lakumu seperti hujan di padang fatamorgana
Seperti teduh pohon ditengah teriknya kepedihan
Sadarkah kau bila dirimu adalah tarikan nafasku
Senyum diujung tangis,desir darah pada tiap luapan emosi diri
Duniaku
Bingung mau tulis apa di blog ini.
Senin, 24 Juni 2013
Dimensi Sunyi
Kunyanyikan syair tanpa kata
Beriring nada tanpa suara
Wujud seolah tanpa rupa
Ketika bingar tak lagi terdengar
Aku tidak buta,tapi yang kulihat hanya hampa
Aku tidak tuli,tapi yang kudengar hanya sunyi
Bagai berakit di tengah samudra
Sendiri tanpa teman berbagi
Hanya angin meniup lalu pergi
Seperti terjebak dalam dimensi sunyi
Lengang tanpa lalu lalang
Senyap menjelma kotak kayu
Dan aku didalamnya,tanpa pintu tanpa jendela
Beriring nada tanpa suara
Wujud seolah tanpa rupa
Ketika bingar tak lagi terdengar
Aku tidak buta,tapi yang kulihat hanya hampa
Aku tidak tuli,tapi yang kudengar hanya sunyi
Bagai berakit di tengah samudra
Sendiri tanpa teman berbagi
Hanya angin meniup lalu pergi
Seperti terjebak dalam dimensi sunyi
Lengang tanpa lalu lalang
Senyap menjelma kotak kayu
Dan aku didalamnya,tanpa pintu tanpa jendela
Jumat, 21 Juni 2013
Malam kebiru-biruan
Kutelan wajahmu dari balik kotak-kotak besi
Harumnya sewangi ganja,membelah jiwa dari raga
Mencelupkanku pada malam kebiru-biruan yang semestinya merah muda
Kelam makin dalam ketika kau kembali memalu gundah yang telah pecah
Seperti tak puas masih juga kau ceburkan kekolam darah
Dan kau pergi mengikuti langkah setan keselatan
Sambil meneguk khamar dari dukaku yang kau peras dan beri ragi
Tinggal aku disini merayapi malam yang masih juga kebiru-biruan
Harumnya sewangi ganja,membelah jiwa dari raga
Mencelupkanku pada malam kebiru-biruan yang semestinya merah muda
Kelam makin dalam ketika kau kembali memalu gundah yang telah pecah
Seperti tak puas masih juga kau ceburkan kekolam darah
Dan kau pergi mengikuti langkah setan keselatan
Sambil meneguk khamar dari dukaku yang kau peras dan beri ragi
Tinggal aku disini merayapi malam yang masih juga kebiru-biruan
Langganan:
Postingan (Atom)